Hai sobat, kita tau bahwa makanan tradisional Indonesia sehat dan bergizi. Setuju ?. Indonesia adalah negara yang kaya dengan khazanah makanan tradisional yang sehat dan bergizi. Yaitu makanan tradisional khas Indonesia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun masyarakat sering salah kaprah, menganggap bahwa makanan tradisional merupakan makanan “ndeso”, dan tidak sehat. Di masyarakat sering muncul anggapan bahwa makanan dari Barat merupakan makanan yang sehat dan modern. Padahal anggapan seperti itu sangat keliru. Malahan sebaliknya, banyak makanan dari Barat yang selama ini dianggap sehat dan bergizi, ternyata hanyalah makanan yang tidak ada gunanya bagi tubuh kita.
Makanan tradisional Indonesia yang sehat dan bergizi sangat banyak. Berbagai makanan khas daerah dari Sabang sampai Merauke adalah kekayaan kuliner Nusantara yang amat berharga. Adalah sebuah kesalahan besar bila kita tidak bisa memanfaatkan kekayaan kuliner ini dengan sebaik-baiknya. Kita perlu lebih mensosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai makanan tradisional Indonesia yang sehat dan bergizi. Sehingga makanan tradisional khas Indonesia lebih memasyarakat lagi. Makanan tradisional khas Indonesia diharapkan menjadi menu makanan favorit di lokasi-lokasi kuliner terbaik di negeri ini.
Beberapa keunggulan makanan tradisional khas Indonesia
Berikut beberapa keunggulan makanan tradisional khas Indonesia :
1. Rendah lemak
Makanan tradisional Indonesia itu lebih rendah lemak, hanya sekitar 20 persen. Berbeda dengan western food yang berkisar lebih dari 50 persen dari total kalori. Misalnya makanan tradisonal seperti gado-gado, pecel atau makanan tradisional lainnya yang sehat
2. Lebih alami / non kimiawi
Zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan dan minuman yang berfungsi sebagai pemanis sintetis, pengawet, pewarna, serta penyedap rasa lainnya, bila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainnya.
Beberapa penelitian menyimpulkan faktor utama penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut adalah terkontaminasinya sel di dalam tubuh oleh zat-zat yang tidak seharusnya.
Dalam makanan tradisional, proses pengawetan, pewarnaan, maupun penyedap rasa lebih ditekankan memakai bahan alamiah yang secara medis risikonya lebih kecil terhadap munculnya masalah kesehatan. Dengan demikian, usia produktif menjadi lebih lama dan berkualitas.
3. Banyak mengandung serat
Bahan makanan lokal merupakan salah satu kekayaan budaya kuliner Indonesia. Umbi-umbian seperti ubi, talas, singkong, gadung dan bentoel banyak ditanam oleh petani selain palawija dan padi-padian. Umbi-umbian tersebut mudah diperoleh di pasar tradisional dengan harga yang lebih murah. Selama ini masyarakat menganggap umbi-umbian ini ketinggalan jaman dan kurang bergizi.
Padahal, umbi-umbian tersebut mengandung gizi tinggi, seperti gadung misalnya, yang mengandung vitamin C yang tinggi sehingga sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh. Bahan makanan lokal mempunyai dua manfaat sekaligus. Yaitu pertama, menjamin kelangsungan pemenuhan gizi keluarga dan kedua, sekaligus memberdayakan petani lokal. Bisa dikatakan bahwa, sebetulnya, masyarakat Indonesia secara turun temurun adalah pemakan makanan berserat.
4. Harganya lebih murah
Makanan yang sehat dan bergizi tidak perlu mahal. Banyak makanan tradisional yang baik dan sehat, seperti nasi uduk yang kaya dengan kandungan protein karena ada ayam, telur, tempe, dan lain-lain. Demikian pula halnya dengan sumber makanan hewani seperti ikan kembung, ikan sarden, ikan patin, ikan lele, dan belut, memiliki kandungan Omega 3 yang sangat tinggi. Hampir sama dengan yang terkandung dalam ikan Salmon yang harganya jauh lebih mahal.
Gerakan kembali ke makanan tradisional Indonesia
Selama ini kita ternyata telah banyak salah menilai terhadap makanan tradisional kita sendiri. Karena itu kemudian muncul kesadaran tentang kebangkitan nasional di bidang gizi. Yakni kembali mencintai makanan tradisional Indonesia yang sehat dan tinggi serat. Dengan menggali potensi makanan tradisonal, maka selain akan menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan bangsa kita sendiri, juga secara tidak langsung akan memberdayakan petani dan pelaku ekonomi bangsa.
Sejumlah komunitas masyarakat yang sadar gizi menghimbau pemerintah agar mengkampanyekan dan mengedukasi masyarakat untuk menjadikan makanan tradisonal sebagai sumber utama gizi seimbang sehari-hari. Dalam kaitan ini peran keluarga terutama ibu, memiliki peran yang sangat penting dalam memperkenalkan makanan tradisional berbahan lokal kepada anak-anaknya.
Bagaimanapun, menyajikan masakan tradisional secara menarik dan tepat oleh ibu terhadap keluarganya akan berpengaruh besar terhadap anak-anak Indonesia yang sehat. Sehingga anak Indonesia tumbuh dengan kebiasaan dan pola makan bergizi seimbang yang lebih baik.
Munculnya gerakan slow food
Ada makanan fast food ada pula makanan slow food. Hmm . . . , apa itu makanan slow food ? Begini, makanan fast food umumnya kaya lemak jenuh dan lemak trans, tinggi kalori, rendah serat, tinggi gula, dan dengan tambahan food additives sintetis untuk membuat warna, tekstur, dan rasa menggugah selera. Semua bahan tersebut kurang baik bagi kesehatan. Bahkan, fast food seperti donat dicap sebagai makanan sampah (junk food) karena nyaris tidak memberi nutrisi apapun kecuali gula, lemak, dan sejumlah kalori.
Situasi ini mengusik seorang jurnalis dan pemerhati pola hidup sehat di Italia yakni Carlo Petrini. Gerakan Slow Food pun dicetuskan di Italia pada 1986. Selanjutnya organisasi slow food didirikan pada tahun 1989 bersamaan dengan pembukaan sebuah gerai fast food di Roma, sebagai gerakan perlawanan terhadap globalisasi fast food.
Secara prinsip, Slow Food mengajak kita kembali pada ritme alami. Dengan mencermati ritme alami, kita lebih mudah menemukan makna hidup dan bisa menikmati hidup. Kita mungkin tidak sadar bahwa sesungguhnya melakukan kegiatan memasak dengan tenang tanpa terburu-buru merupakan aktifitas relaksasi (meditation on moving), yang bisa membantu melepaskan kepenatan pikiran dan jiwa.
Berikut ini adalah langkah nyata untuk mendapatkan hidup sehat menurut anjuran gerakan Slow Food.
1 . Utamakan bahan makanan segar.
Usahakan mendapatkan makanan segar langsung dari petani atau berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan mata rantai distribusi makanan segar yang paling pendek. Yang diperlukan tubuh kita adalah makanan segar yang baru dipanen atau belum lama dipanen. Pasar tradisional cenderung menyediakan sayuran yang baru dipetik, karena tak ada lemari pendingin untuk menyimpan sayuran agar tetap segar.
2. Upayakan mendapatkan bahan makanan organik.
Pilih makanan organik dari produsen terpercaya yang telah disertifikasi dan mencantumkan alamatnya dengan jelas dalam kemasan. Bila harga makanan organik masih menjadi kendala, cobalah makanan yang diperkirakan organik tetapi tidak dijual dengan label organik, sehingga harganya lebih miring. Bahan makanan tersebut umumnya dipanen dari dataran tinggi, terpencil dan kurang populer dalam menu sehari-hari, sehingga petani tidak terdorong untuk memberinya pupuk sintetis, hormon, maupun pestisida. Contohnya duku, langsat, sirsak, lengkeng, manggis, menteng, kedondong, kesemek, sawo, srikaya, daun melinjo, rebung, terubuk, kecipir, pucuk labu, pucuk pakis.
3. Hindari MSG dan bumbu instan.
Kandungan food additives dalam bumbu instan sangat tidak baik bagi kesehatan, karena membebani organ pencernaan. Hindari MSG (monosodium glutamate) sebagai penyedap masakan, kita bisa menggantinya dengan bumbu dan sayuran tertentu, seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombai, daun bawang, seledri, jahe, merica, wijen / minyak wijen, dan wortel.
4. Bumbu instan alami dan segar.
Agar hemat waktu, kita bisa menggunakan bumbu instan alami dan segar. Bumbu instan alami bisa kita siapkan sendiri sebagai stok bumbu segar. Bekukan bumbu dalam ice tray, sehingga kita tinggal menggunakannya sesuai keperluan, tanpa repot harus mengupas dan mengulek dulu.
Dari uraian singkat diatas, kita sekarang mengetahui bahwa makanan tradisional Indonesia yang sehat dan bergizi tidak kalah dibandingkan dengan makanan dari negara-negara Barat. Persoalannya, bagaimana mengemas makanan tradisional khas Indonesia itu agar diterima oleh masyarakat lebih luas lagi. Sehingga makanan tradisional Indonesia menjadi menu makanan favorit di tempat-tempat kuliner terbaik di dalam negeri.
Semoga bermanfaat, share bila menurut sahabat ini perlu...
0 comments:
Post a Comment